yang mengamuk jika mereka tidak berperang. Akhirnya para pemimpin Angkatan Darat
memilih untuk berperang setengah hati diKali mant an. Tak heran, Brigadir Jenderal
Suparjo, komandan pasukan di Kalimantan Barat, mengeluh, konfrontasi tak dilakukan
sepenuh hati dan ia merasa operasinya disabotase dari belakang[3]. Hal ini juga dapat
dilihat dari kegagalan operasi gerilya di Malaysia, padahal tentara Indonesia sebenarnya
sangat mahir dalam peperangan gerilya.
dilihat dari kegagalan operasi gerilya di Malaysia, padahal tentara Indonesia sebenarnya
sangat mahir dalam peperangan gerilya.
Mengetahui bahwa tentara Indonesia tidak mendukungnya, Soekarno merasa kecewa dan
berbalik mencari dukungan PKI untuk melampiaskan amarahnya kepada Malaysia.
Soekarno, seperti yang ditulis diotobiograf in ya, mengakui bahwa ia adalah seorang yang
memiliki harga diri yang sangat tinggi, dan tidak ada yang dapat dilakukan untuk
merubah keinginannya meng"ganyang Malaysia".
berbalik mencari dukungan PKI untuk melampiaskan amarahnya kepada Malaysia.
Soekarno, seperti yang ditulis diotobiograf in ya, mengakui bahwa ia adalah seorang yang
memiliki harga diri yang sangat tinggi, dan tidak ada yang dapat dilakukan untuk
merubah keinginannya meng"ganyang Malaysia".
“Soekarno adalah seorang individualis. Manusia jang tjongkak dengan suara-
batin yang menjala-njala, manusia jang mengakui bahwa ia mentjintai dirinja
sendiri tidak mungkin mendjadi satelit jang melekat pada bangsa lain.
Soekarno tidak mungkin menghambakan diri pada dominasi kekuasaan
manapun djuga. Dia tidak mungkin menjadi boneka.
sendiri tidak mungkin mendjadi satelit jang melekat pada bangsa lain.
Soekarno tidak mungkin menghambakan diri pada dominasi kekuasaan
manapun djuga. Dia tidak mungkin menjadi boneka.
”
Di pihak PKI, mereka menjadi pendukung terbesar gerakan "ganyang Malaysia" yang
mereka anggap sebagai antek Inggris, anteknekol i m. PKI juga memanfaatkan
kesempatan itu untuk keuntungan mereka sendiri, jadi motif PKI untuk mendukung
kebijakan Soekarno tidak sepenuhnya idealis.
mereka anggap sebagai antek Inggris, anteknekol i m. PKI juga memanfaatkan
kesempatan itu untuk keuntungan mereka sendiri, jadi motif PKI untuk mendukung
kebijakan Soekarno tidak sepenuhnya idealis.
Pada saat PKI memperoleh angin segar, justru para penentangnyalah yang menghadapi
keadaan yang buruk; mereka melihat posisi PKI yang semakin menguat sebagai suatu
ancaman, ditambah hubungan internasional PKI dengan Partai Komunis sedunia,
khususnya dengan adanya porosJakarta-Beijing-Moskow-Pyongyang-Phnom Penh.
Soekarno juga mengetahui hal ini, namun ia memutuskan untuk mendiamkannya karena
ia masih ingin meminjam kekuatan PKI untuk konfrontasi yang sedang berlangsung,
karena posisi Indonesia yang melemah di lingkungan internasional sejak keluarnya
Indonesia dari PBB (20 Januari 1965
keadaan yang buruk; mereka melihat posisi PKI yang semakin menguat sebagai suatu
ancaman, ditambah hubungan internasional PKI dengan Partai Komunis sedunia,
khususnya dengan adanya porosJakarta-Beijing-Moskow-Pyongyang-Phnom Penh.
Soekarno juga mengetahui hal ini, namun ia memutuskan untuk mendiamkannya karena
ia masih ingin meminjam kekuatan PKI untuk konfrontasi yang sedang berlangsung,
karena posisi Indonesia yang melemah di lingkungan internasional sejak keluarnya
Indonesia dari PBB (20 Januari 1965
).
Dari sebuah dokumen rahasia badan intelejen Amerika Serikat (CIA) yang baru dibuka
yang bertanggalkan 13 Januari 1965 menyebutkan sebuah percakapan santai Soekarno
dengan para pemimpin sayap kanan bahwa ia masih membutuhkan dukungan PKI untuk
menghadapi Malaysia dan oleh karena itu ia tidak bisa menindak tegas mereka. Namun ia
juga menegaskan bahwa suatu waktu "giliran PKI akan tiba. "Soekarno berkata, "Kamu
bisa menjadi teman atau musuh saya. Itu terserah kamu. ... Untukku, Malaysia itu musuh
nomor satu. Suatu saat saya akan membereskan PKI, tetapi tidak sekarang."[2]
yang bertanggalkan 13 Januari 1965 menyebutkan sebuah percakapan santai Soekarno
dengan para pemimpin sayap kanan bahwa ia masih membutuhkan dukungan PKI untuk
menghadapi Malaysia dan oleh karena itu ia tidak bisa menindak tegas mereka. Namun ia
juga menegaskan bahwa suatu waktu "giliran PKI akan tiba. "Soekarno berkata, "Kamu
bisa menjadi teman atau musuh saya. Itu terserah kamu. ... Untukku, Malaysia itu musuh
nomor satu. Suatu saat saya akan membereskan PKI, tetapi tidak sekarang."[2]
Dari pihak Angkatan Darat, perpecahan internal yang terjadi mulai mencuat ketika
banyak tentara yang kebanyakan dari Divisi Diponegoro yang kesal serta kecewa kepada
sikap petinggi Angkatan Darat yang takut kepada Malaysia, berperang hanya dengan
setengah hati, dan berkhianat terhadap misi yang diberikan Soekarno. Mereka
banyak tentara yang kebanyakan dari Divisi Diponegoro yang kesal serta kecewa kepada
sikap petinggi Angkatan Darat yang takut kepada Malaysia, berperang hanya dengan
setengah hati, dan berkhianat terhadap misi yang diberikan Soekarno. Mereka